JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengevaluasi Vaksin Nusantara AntiCovid-19 yang dikembangkan oleh tim dari mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto. BPOM telah menerima data hasil uji klinis fase 1 yang diserahkan oleh peneliti antivirus terkait.
Dikutip dari berita Antara, “Kami sedang memproses,” kata Kepala Subdirektorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus BPOM Siti Asfijah Abdoella, dalam webinar yang dipantau Antara dari Jakarta pada hari, Kamis 18 Februari 2021.
Siti mengatakan vaksin tersebut dapat berlanjut ke uji klinis fase 2 apabila kriteria fase 1 telah terpenuhi terutama terkait keamanan, khasiat, dan mutu produk farmasi. “Harus dipastikan uji klinis 1 memenuhi persyaratan dan ketentuan,” ungkapnya.
Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Sebelumnya, mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan mengumumkan sedang mengembangkan vaksin tersendiri untuk melawan SARS-CoV-2 yang dinamakan Vaksin Nusantara. dr. Terawan menggandeng tim peneliti dari Laboratorium RSUP Kariadi Semarang. Selain juga Universitas Diponegoro dan Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat.
Terawan mengklaim bahwa, Vaksin Nusantara memiliki kelebihan kekebalan yang lebih lama dibandingkan beberapa varian antivirus lainnya karena menggunakan basis sel dendritik.
Terpisah, anggota Tim Peneliti Vaksin Nusantara, Dokter Yetty Movieta Nency, menerangkan pembuatan vaksin itu diawali dengan mengambil darah pasien. Kemudian diambil sel darah putih dan sel dendritiknya. Sel ini kemudian dikenalkan dengan rekombinan dari virus SARS-CoV-2. “Prosesnya sekitar seminggu kemudian disuntikkan kembali,” jelasnya.
Lantaran berasal dari sel yang diambil dari tubuh penerima, Yetty mengklaim, vaksin dari sel dendritik ini kecil kemungkinan menimbulkan infeksi. “Kemungkinan reaksi penolakan lebih rendah,” ucap dia.
Itu, menurut Yetty, ditunjukkan lewat hasil uji awal (tahap 1) yang diakunya tak ditemukan efek berlebihan. “Efek sampingnya minimal, berjalan singkat, dan tak perlu pengobatan,” ujarnya.
Vaksin Nusantara tergolong aman, Yetty menambahkan, lantaran tak ada tambahan ajufan maupun komponen binatang. Hal tersebut sekaligus meyakinkan masyarakat terhadap status halal vaksin Covid-19.
Kalau dijual nanti, Yetty mengatakan lebih jauh, harga satu dosis Vaksin Nusantara bisa hanya sekitar US$ 10. “Karena anggaran penyimpanan, distribusi, penambahan, bisa diminimalisir,” ujar dia.
Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga