JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Rusia sedang yang sedang membangun angkatan bersenjatanya di dekat perbatasan dengan Ukraina dinilai sebagai ancaman bagi keamanan negara Ukraina.
Hal tersebut dikatakan oleh Panglima Tertinggi Ukraina Ruslan Khomchak, menuduh Moskow mengejar “kebijakan agresif” terhadap Kyiv.
Dalam sambutannya di depan parlemen rakyat, Khomchak juga menuduh para separatis yang pro terhadap Moskow secara sistematis telah melanggar gencatan senjata dalam konflik di timur Ukraina yang disepakati pada Juli 2020.
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas lonjakan kekerasan dalam konflik tersebut, yang menurut Kyiv telah menewaskan 14.000 orang sejak 2014.
Pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia saling menuduh melanggar gencatan senjata, dan anggota parlemen mengatakan 26 tentara Ukraina telah tewas tahun ini, termasuk empat orang tewas oleh penembak jitu pekan lalu.
“Federasi Rusia melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Ukraina,” kata Khomchak kepada parlemen seperti dilansir dari berita Reuters, pada hari Selasa (30/3/2021).
Khomchak mengatakan pasukan Rusia dari berbagai daerah telah berkumpul di dekat perbatasan Ukraina dengan kedok menjaga kesiapan tempur dan mempersiapkan latihan, melakukan peningkatan bertahap pasukan di dekat perbatasan negara bagian Ukraina.
“Konsentrasi tambahan hingga 25 kelompok taktis diharapkan, yang, bersama dengan pasukan yang sudah dikerahkan di dekat perbatasan negara bagian Ukraina, menimbulkan ancaman bagi keamanan militer negara,” ujar Khomchak.
Dia menambahkan bahwa Moskow telah menahan sebanyak 32.700 tentara di Crimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014, sementara para perwira memerintahkan 28.000 prajurit separatis yang ditempatkan di wilayah pendudukan sementara di Ukraina timur.
Ukraina, negara-negara Barat dan anggota NATO menuduh Rusia mengirimkan pasukan serta senjata berat untuk menopang kelompok separatis. Moskow mengatakan hanya memberikan dukungan politik dan kemanusiaan kepada para pemberontak serta mengatakan warga Rusia yang bertempur di Ukraina adalah sukarelawan.
LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga