JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Foto dari seorang suster yang berlutut di depan sebarisan para polisi di Myanmar viral di akun media sosial Twitter. Foto tersebut dibagikan oleh Uskup Agung Katolik Roma di Yangon, Myanmar, Kardinal Charles Maung Bo, melalui akun Twitter-nya.
Maung Bo mengunggah sejumlah foto mengenai kejadian tersebut di akun Twitter miliknya pada hari Minggu (28/2).
Dalam unggahan itu, Maung Bo menyebut bahwa suster yang berlutut di depan sebarisan polisi tersebut bernama suster Ann Nu Thawng. Sambil terlihat menangis dan berlutut, suster Ann Nu Thawng terlihat memohon kepada polisi untuk berhenti menangkap para pengunjuk rasa.
Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Berkat aksi Ann Nu Thawng tersebut, Maung Bo mengatakan bahwa sekitar 100 pengunjuk rasa tidak jadi ditangkap oleh pihak kepolisi. “Hari ini (Minggu), kerusuhan parah melanda seluruh negeri. Polisi menangkap, memukuli, dan bahkan menembaki rakyat,” tulis Maung Bo.
“Dengan berurai air mata, suster Ann Nu Thawng memohon dan menghentikan polisi untuk berhenti menangkap para pengunjuk rasa,” kata Maung Bo.
Dilansir dari Kompas.com sebelumnya, Minggu dianggap sebagai hari paling berdarah dalam serentetan aksi protes menentang kudeta militer 1 Februari yang menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) melaporkan, sedikitnya ada 18 orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam aksi demonstrasi di Myanmar pada hari Minggu.
Aksi demonstrasi menolak kudeta militer pada Minggu tersebut dilaporkan berubah menjadi kerusuhan. Junta militer mengatakan, seorang polisi juga tewas dalam kerusuhan sebagaimana dilansir dari Reuters.
Dunia internasional juga telah mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para polisi Myanmar yang membubarkan aksi protes pada Minggu dengan kekerasan dan menyebabkan para demonstran Tewas.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Minggu, mengecam keras tindakan junta militer sebagaimana dilansir dari Al Jazeera. “Penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tidak dapat diterima,” ungkap Dujarric.
Selain itu, Kepala Diplomatik Uni Eropa Josep Borrell mengutuk tindakan keras yang diterapkan junta militer Myanmar terhadap demonstran sebagaimana dilansir AFP.
Lainnya:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga