Runtuhnya Hotel Tiga Zaman, Paling Mewah Se-Asia di Harmoni Jakarta

Must Read

JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Tidak semua bangunan kuno yang berada di Jakarta bisa lestari hingga sampai sekarang.

Ada yang nasibnya harus berakhir dengan tragis, runtuh tak kuat menahan arus zaman perubahan seperti halnya Hotel des Indes.

Hotel mewah tersebut pernah menjadi ikon kota Batavia tempo dulu.

Bahkan, di eranya, ketenaran Hotel des Indes dianggap melebihi hotel-hotel terkenal lainnya di seluruh Asia, termasuk Hotel Raffles yang dibangun oleh colonial Inggris di Singapura.

Awal Hotel des Indes Berdiri Foto Wikipedia

Menurut sejarawan JJ Rizal, kemegahannya sepuluh kali Hotel Raffles di Singapura. “Sayang jika bangunan Hotel des Indes sekarang sudah tidak ada,” katanya seperti di kutip dari merdeka.com.

BACA JUGA: Gereja Sion, Tertua di Jakarta Diresmikan Tahun 1695 Dengan Nama Gereja Portugis

Hotel des Indes terletak di ujung selatan Molenvliet West, yang kini bernama Jl Gajah Mada, Jakarta Pusat. Hotel tersebut dibangun pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1829.

Hotel des Indes Tampak Depan

Saat itu, seorang warga negara Prancis, Antoine Surleon Chaulan membeli tanah tersebut dari pemerintah Belanda dalam kondisi sudah terbangun, yakni bangunan asrama pelajar putri Belanda.

Antoine kemudian membangun sebuah hotel di atas tanah itu. Hotel itu dinamakannya Hotel de Provence. Namun, pada lelang tahun 1845, Etienne Chaulan membeli hotel itu dari saudaranya dengan harga 25.000 gulden Belanda.

Di tangan Etienne, hotel ini mulai terkenal. Hotel ini pertama menjual berbagai jenis es krim yang bergaya Eropa. Namun, hotel itu kembali diubah namanya setelah dibeli oleh Cornelis Denning Hoff pada tahun 1851.

BACA JUGA: Ondel-ondel Antara Ikon Budaya Betawi Atau Alat Pengamen Jalanan

Cornelis menganti nama hotel tersebut menjadi Hotel Rotterdam. Cornelis tak lama memiliki hotel itu.

Pada tahun 1852 dia lantas menjual kebali hotel itu kepada orang Swiss yang bernama Francois Auguste Emile Wijss.

Atas usulan dari Douwes Dekker, Francois kemudian menganti nama hotel tersebut dengan nama Hotel des Indes pada 1 Mei 1856.

Pada tahun 1860, Hotel des Indes dijual Wijjs kepada orang Prancis bernama Louis George Cressonnier. Di masa kepemilikannya, Hotel des Indes gencar diiklankan.

Alhasil, para wisatawan yang tiba di pelabuhan Batavia kala itu memilih Hotel des Indes sebagai tempat menginap.

Tampak Dalam Hotel

“Hotel des Indes benar-benar nyaman. Setiap tamu disediakan ruang duduk dan kamar tidur yang menghadap ke beranda, di mana mereka bisa menikmati kopi di pagi hari dan teh di sore hari.

Di tengah alun-alun ada beberapa kolam pemandian marmer yang selalu siap untuk digunakan.

Sarapan disajikan secara prasmanan pada pukul sepuluh pagi, sementara makan malam dimulai pukul enam sore, semua kemewahan itu dapat dinikmati para tamu dengan harga yang pantas,” demikian pengalaman ilmuwan Inggris, Alfred Russel Wallace, dalam buku ‘The Malay Archipelago.’

Pihak keluarga dari Cresonnier kemudian menjual hotel itu kepada Theodoor Gallas, setelah sang pemilik meninggal dunia pada 1870. Namun, hotel itu kembali dijual pada 1886 kepada Yakub Lugt dengan harga 177.000 gulden Belanda.

Jacob Lugt kemudian memperluas hotel secara besar-besaran dengan cara membeli tanah di sekeliling hotel tersebut.

Masalah keuangan membuat dia kemudian mengubah hotel itu menjadi sebuah perseroan terbatas N.V. Hotel des Indes pada tahun 1897.

Hotel tersebut dikemudia hari menjadi sangat terkenal dan sukses di Asia setelah dibeli oleh Gantvoort pada tahun 1903.

Namun pada tahun 1942 Jepang merebut hotel itu. Saat itu salah seorang proklamator, Mohammad Hatta ditempatkan sementara di hotel tersebut oleh Jepang.

Setelah Jepang hengkang dari Indonesia, hotel itu kembali ke dunia bisnis pada bulan Juni tahun 1946. G.P.M. van Weel diangkat sebagai direktur, dengan penasehat co-direktur, A. dan FJ Zeilinga.

Hotel itu menjadi saksi sejarah dari perundingan Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949 yang menghasilkan penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda dan dilepaskannya Soekarno dan Mohammad Hatta.

Setelah Indonesia merdeka, hotel itu kemudian dianeksasi tanpa kompensasi pada tahun 1949. Hotel des Indes pun berubah nama menjadi Hotel Duta Indonesia.

Namun, hotel tesebut terus mengalami penurunan pendapatan, terlebih pasca-tahun 1962.

Hotel des Indes DI Foto Dari Atas

Saat itu, Presiden Soekarno telah meresmikan berdirinya Hotel Indonesia yang menjadi saingan berat untuk hotel tiga zaman tersebut. Hotel tua itu pun dihancurkan pada tahun 1971 untuk membuat jalan bagi pusat perbelanjaan Duta Merlin.

Meski hotel itu telah tiada, nama Hotel des Indes tetap tercatat sebagai bagian dari sejarah besar kota Jakarta, bahkan Indonesia, yang tak akan hilang dihapus oleh catatan sejara bangsa ini.

LAINNYA:

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest News

Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak

JAKARTAVIEW.ID, - PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter mencatat kenaikan jumlah penumpang pada 2 stasiun yang terintegrasi dengan...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -