JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Keberhasilan drone dengan muatan senjata asal Turki di Suriah pada Februari dan Maret 2020 telah menyoroti industri drone dan persenjataan Turki.
Drone Turki dilaporkan menghancurkan beberapa kendaraan pertahanan udara milik Rusia yang dikenal Battel Porven tersebut yang dioperasikan oleh Rusia di Suriah, meskipun sumber-sumber dari Rusia membantahnya. Namun, keefektifan drone tersebut dalam memukul target lain tidak terbantahkan.
Sama seperti senjata drone MQ-1 Predator dari Amerika, rudal AGM-114 Hellfire, Turki juga telah mengembangkan senjata ideal drone pada rudal MAM-L.
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Namun, tidak seperti Hellfire yang tetap serupa dalam varian drone dan helikopter, MAM-L secara signifikan didesain ulang dari misil induknya menjadi senjata khusus drone.
MAM-Lberasal dari rudal anti-tank L-UMTAS buatan Turki. Tetapi karena dirancang untuk dijatuhkan dari drone, MAM-L menghilangkan mesin roket dari L-UMTAS, memungkinkannya menjadi sekitar setengah panjangnya dan lebih ringan dari L-UMTAS.
Dilansir dari Nasional Interestm, teknologi pencari, kontrol permukaan, dan hulu ledak dipinjam dari L-UMTAS. MAM-L juga tersedia dengan lebih banyak jenis hulu ledak daripada L-UMTAS, yang hanya memiliki hulu ledak HEAT tandem.
MAM-L ditawarkan dengan hulu ledak dengan fragmentasi eksplosif tinggi, termobarik, dan tandem HEAT, mungkin dengan antisipasi bahwa ia dapat digunakan untuk berbagai target yang lebih luas.
Hal ini sejalan dengan amunisi drone mikro lainnya, yang mengimbangi ukuran kecil hulu ledak dengan menawarkan varian khusus yang dioptimalkan untuk jenis target tertentu, berbeda dengan hulu ledak yang lebih besar yang dapat berfungsi baik padaefek fragmentasi dan HEAT jika hulu ledak dirancang dengan cincin fragmentasi.
Namun, MAM-L memang memiliki beberapa kekurangan. Secara umum, rudal itu sebanding dengan AGM-176 Griffin Amerika, dengan berat kurang dari 25 kilogram dan panjang sekitar 1 meter.
Tapi sirip tetap pada MAM-L membatasinya untuk penggunaan sebagai senjata pada drone.
Griffin memiliki sirip pisau lipat yang akan menyembul keluar, memungkinkannya dibawa dan diluncurkan dari tabung.
Hal tersebut memungkinkan akan lebih banyak Griffin untuk dibawa dalam unit tertentu, dan memungkinkan pemasangan inovatif yang memungkinkan penembakan dari ramp pesawat kargo.
Ada kemungkinan bahwa fitur-fitur tersebut akan ditambahkan pada MAM-L seiring berjalannya waktu, tetapi Roketsan, produsen MAM-L tampaknya lebih fokus pada MAM-C, amunisi yang lebih tipis tetapi lebih panjang yang mempertahankan sirip tetap.
Terlepas dari itu, MAM-L membuktikan bahwa investasi Turki untuk membangun industri senjatanya telah membuahkan hasil.
Turki terbukti mampu menghasilkan analog ke sistem modern lainnya dengan cepat dan efektif, mengadaptasi teknologi yang ada dan desain sebelumnya.
LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga