Penularan Kasus Covid-19 Menurun dan Menuju Akhir Pandemi, WHO Imbau Tetap Waspada

Must Read

JAKARTAVIEW.ID, – Organisasi Kesehatan Dunia menyebut bahwa dunia tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik dibanding saat ini dalam penanganan pandemi Covid-19. Menurut catatan lembaga tersebut, angka kematian akibat penyakit Covid-19 mengalami penurunan sebesar 22 persen dalam sepekan terakhir, dengan jumlah 11 ribu jiwa, terendah sejak Maret 2020 saat pertama kali penyakit ini ditetapkan sebagai pandemi. Jumlah kasus juga menurun hingga 28 persen menjadi hanya 3,1 juta kasus selama beberapa pekan terakhir.

Situasi ini dinilai sebagai titik balik pandemi Covid-19, yang telah meluluhlantakkan dunia.

“Kita belum sampai di sana, akan tetapi akhir sudah di depan mata,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada taklimat mingguan lembaga itu di kantornya di Geneva, Rabu (14/9/2022). “Sekarang adalah waktunya untuk berlari lebih cepat dan memastikan kita melewati garis batas (akhir), menuai semua hasil kerja keras kita,” kata Tedros menambahkan.

BACA JUGA:

Sejak pertama kali ditemukan dan merebak di Wuhan, Provinsi Hubei, China, jumlah kasus Covid-19 secara global, mengutip data Worldometer, mencapai 615,268 juta kasus dengan jumlah kematian 6,522 juta. Walau demikian, jumlah warga yang sembuh dari penyakit ini per 15 September 2022 menyentuh angka 594,328 juta jiwa.

Korea Selatan saat ini menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi, mencapai 93 ribu kasus. Diikuti oleh Jepang dan Rusia, masing-masing 78 ribu dan 51 ribu kasus. Sedangkan untuk jumlah kematian pasien, Amerika Serikat menduduki posisi teratas dengan kematian 307 jiwa per 15 September 2022. Diikuti oleh Jepang dan Brasil, masing-masing 191 dan 122 kematian.

Dalam laporannya WHO menyebut bahwa subvarian virus SARS-CoV-2, yaitu Omicron BA.5, masih mendominasi penularan secara global. Subvarian ini mendominasi 90 persen sampel virus yang ditemukan di seluruh pasien atau warga yang terpapar Covid-19 secara global. Dalam beberapa pekan terakhir, otoritas kesehatan di Eropa, AS, dan di wilayah lain, telah menyetujui penggunaan vaksin yang menargetkan varian Omicron serta virus asli di tengah persiapan negara-negara meluncurkan penyuntikan vaksin penguat (booster) saat musim dingin tiba.

WHO menilai, vaksin dan sejumlah terapi lainnya telah membantu membendung tingkat penularan hingga kematian pasien akibat penyakit ini.

Akan tetapi, pada saat yang sama, WHO juga memperingatkan bahwa euforia terlalu berlebihan dapat berdampak pada rendahnya pengujian dan pengawasan, seperti yang terjadi di banyak negara. Situasi itu bisa memutarbalikkan capaian positif ini. Badan tersebut mengeluarkan serangkaian ringkasan kebijakan bagi pemerintah untuk memperkuat upaya mereka melawan virus corona menjelang musim dingin.

“Jika kita tidak mengambil kesempatan ini sekarang, kita menghadapi risiko lebih banyak varian, lebih banyak kematian, lebih banyak gangguan, dan lebih banyak ketidakpastian,” kata Tedros. Ia pun mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk memvaksinasi 100 persen warganya yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi dan terus melakukan pengujian.

Selain itu, WHO juga menyatakan, komunitas internasional perlu terus menjaga rantai pasokan peralatan medis global serta petugas kesehatan yang memadai untuk mencegah gejolak yang pernah dialami ketika pandemi Covid-19 ditetapkan, Maret 2020.

Epidemolog senior WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, tim ahli memerkirakan kemungkinan adanya gelombang infeksi di masa depan yang disebabkan oleh subvarian Omicron yang berbeda atau varian baru lainnya yang sama sekali berbeda dengan yang ditemukan saat ini.

Peneliti senior bidang kesehatan global pada Universitas Southampton, Inggris, Dr Michael Head, memandang bahwa sebagian besar kawasan di dunia telah bergerak melampaui fase darurat dalam merespon situasi pandemi. Saat ini, katanya masing-masing pemerintahan tengah mencari cara terbaik untuk mengelola Covid-19 sebagai bagian dari perawatan kesehatan dan pengawasan rutin sistem kesehatan negara.

Seorang juru bicara WHO menyebut, status kedaruratan pandemi global akan dibicarakan kembali pada pertemuan para ahli WHO, Oktober mendatang.

Pergantian musim

Dengan lebih dari 1 juta kematian tahun ini saja, pandemi Covid-19 masih tetap menjadi keadaan darurat secara global. Seorang juru bicara Komisi Eropa menyebut, gelombang Covid-19 yang terjadi sepanjang musim panas, yang disebabkan oleh varian Omicron BA.4 dan BA.5, memperlihatkan pandemi belum berakhir. “Virus terus beredar di Eropa dan sekitarnya,” ujar dia.

Pejabat kesehatan AS mengatakan bahwa pandemi belum berakhir. Akan tetapi, vaksin bivalen baru menandai perubahan penting dalam perang melawan virus. Mereka memperkirakan bahwa satu vaksin tahunan yang serupa dengan vaksin flu akan memberikan perlindungan tingkat tinggi dan mengembalikan situasi lebih dekat ke kondisi normal sebelum pandemi.

Untuk mendorong penangangan pandemi lebih terkendali, Badan Obat Eropa (EMA) mengeluarkan imbauan agar warga Eopa menggunakan vaksin booster apapun yang tersedia di pasaran saat ini. Vaksin booster diharapkan bisa membendung kemungkinan peningkatan infeksi, terutama jelang pergantian musim.

“Pesan saya adalah percayalah pada vaksin apapun yang ditawarkan pada Anda,” kata Emer Cooke, Direktur Eksekutif EMA. Dia mengatakan, sangat penting untuk diingat bahwa walau ada perbaikan situasi, pandemi belum berakhir dan orang-orang harus terus memprioritaskan perlindungan. (AP/Reuters)

LAINNYA:

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest News

Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak

JAKARTAVIEW.ID, - PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter mencatat kenaikan jumlah penumpang pada 2 stasiun yang terintegrasi dengan...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -