JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – PBB tidak menutup kemungkinan bahwa perang saudara bisa saja terjadi di Myanmar.
Utusan khusus dari PBB untuk negeri seribu pagoda itu, Christine Schraner Burgener, menyatakan bahwa ada indikasi tersebut mulai terlihat jelas seiring dengan mulai munculnya kelompok-kelompok etnis bersenjata ke permukaan untuk merespon kudeta yang terjadi di Myanmar.
Kehadiran-kehadiran kelompok etnis bersenjata itu sendiri, kata Burgener, tidak terhindarkan. Pembantaian oleh Militer Myanmar selama kudeta semakin luas, bahkan mulai menyasar anggota kelompok-kelompok etnis bersenjata.
Salah satunya terjadi di negara bagian Karena di mana ribuan orang sampai harus pergi untuk mengungsi ke Thailand karena dibombardir dengan serangan udara oleh militer Myanmar.
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
“Kekejaman militer Myanmar sudah terlalu parah dan banyak kombatan kelompok etnis bersenjata mengambil sikap melawan, meningkatkan potensi perang saudara dalam skala tak terkira,” kata Burgener, seperti dilansir dari Channel News Asia, pada hari Kamis, 1 April 2021.
Burgener melanjutkan, jikalau perang saudara sampai dibiarkan terjadi, maka dampaknya akan terlalu besar untuk Myanmar. Bahkan, kata Burgener, akan membutuhkan jangka waktu panjang untuk menghilangkan dampak dari perang saudara tersebut.
Oleh karenanya, ia menyarankan adanya aksi segera untuk mencegah perang saudara agar jangan sampai terjadi.
Aksi kolektif, menurut Burgener, bisa menekan Militer Myanmar untuk mengakhiri kudetanya. Jika itu terjadi, maka potensi perang saudara pun bisa ditekan. Adapun Burgener mengatakan dukungan yang paling dibutuhkan adalah dari tetangga-tetangga Myanmar.
Dalam rapat Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu malam, Burgener sudah menyampaikan perihal tersebut. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan harapannya. Rapat DK PBB berakhir tanpa aksi yang konklusif selain kembali ke langkah-langkah diplomatis.
Sementara itu, di saat bersamaan, Militer Myanmar melakukan gencatan senjata secara sepihak. Namun, mereka menegaskan bahwa gencatan senjata akan diakhiri begitu ada perlawanan dari warga dan kelompok etnis bersenjata yang mampu mengganggu kestabilan dan keamanan Myanmar.
Seperti diberitakan sebelumnya, kelompok-kelompok etnis bersenjata Myanmar, yang kebanyakan menguasai daerah perbatasan, menyatakan bahwa mereka akan bergabung untuk merespon kudeta oleh junta militer.
Menurut mereka, pembantaian oleh Militer Myanmar sudah kelewatan batas sehingga menewaskan banyak warga Myanmar. Per berita ini ditulis, sudah ada sebanyak 520 orang korban jiwa.
Tiga di antaranya bahkan menyatakan akan segera bertarung untuk melawan Militer Myanmar.
Mereka adalah Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), dan Arakan Army (AA).
Dikutip dari laman Channel News Asia, ketiga menyatakan bakal mengakhiri gencatan senjata dengan Militer Myanmar sebagai bentuk perlawanan.
“Jika mereka terus membunuh warga Myanmar, maka kami tidak memiliki pilihan lain untuk mengakhiri gencatan senjata secara sepihak,” ujar Brigadir Jenderal Tar Bhone Kyaw, pemimpin Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang.
LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga