Ondel-ondel Antara Ikon Budaya Betawi Atau Alat Pengamen Jalanan

Must Read

JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA –  Ondel-ondel, adalah budaya tak terpisahkan dari adat Betawi, sekaligus menjadi ikon kota Jakarta. Boneka raksasa ini semakin dikenal masyarakat luas saat almarhum Benyamin Sueb membuat lagu berjudul Ondel-ondel.

Bagi warga Jakarta, biasanya sudah tidak asing dengan ondel-ondel sebagai kesenian khas daerah.

Ondel-ondel akan banyak ditemukan di jalan-jalan, gedung, hotel, tempat makan, ataupun tempat pertunjukan terutama di hari perayaan tertentu.

Tetapi baru-baru ini, Pemprov DKI Jakarta akan memulai kembali menertibkan Ondel-ondel yang kerap kali digunakan untuk ajang mengamen di jalanan Ibu kota.

Alasan penertiban tersebut karena Ondel-Ondel dianggap merupakan salah satu warisan budaya Betawi yang perlu dijaga dan dilestarikan dan bukan dijadikan sarana untuk mengamen ditempat umum.

Akun Instagram dari Satpol PP DKI Jakarta @satpolpp.dki menyosialisasikan sebuah gambar Ondel-Ondel berisi pesan larangan menggunakan Ondel-Ondel sebagai sarana mengamen di tempat umum.

Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum.

Ondel-Ondel merupakan salah satu warisan budaya Betawi dan tercantum dalam Pergub 11/2017 sebagai Ikon budaya Betawi yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan penuh kebanggaan.

Ondel-Ondel yang peruntukannya adalah sebagai sebuah kesenian pada sekarang ini, malahan mengalami pergeseran nilai dengan semakin maraknya Ondel-Ondel yang digunakan oleh sekelompok orang sebagai sarana mengamen/mengemis/meminta uang.

Sehingga nilai budaya yang ditimbulkan menjadi berkurang.

Foto: Pengamen ondel-ondel di Monas. ANTARA FOTO/Andika Wahyu

Dari beberapa komen netizen dalam akun Instagram milik @satpolpp.dki, memang terlihat keprihatinan dari mereka yang melihat fenomena ondel-ondel yang terjadi di jakarta.

Beberapa komentar di Instagram sebagai contohnya, @apingbells @satpolpp.dki pak mending tangkepin dlu aja yg pada ngamen maksa sama yg nyuruh” bocah jualan tissue pak lebih mencemaskan -_-

@icharizza Kalo ga boleh ondel2 sebagai utk mengamen/mengemis/meminta uang, ya tolong disediakan lapangan pekerjaan yg layak dong pak buat pencari rejeki. Mereka bgitu juga utk cari nafkah kok,butuh makan dan memenuhi keperluan dia dan keluarganya.

“Mari tetap jaga nilai-nilai warisan budaya dengan baik. Kolaborasi semua pihak sangat dibutuhkan dalam menjaga Ondel-Ondel sebagai simbol kekayaan dan kebanggaan budaya Betawi di Jakarta,” tulis @satpolpp.dki yang dikutip, pada hari Rabu (24/3/2021).

BACA JUGA:

Berikut sejarah singkat dari Ondel-ondel dilansir dari berbagai sumber,

Ondel-ondel (Wikimedia Commons)

Secara historis, Ondel-ondel disebut sudah ada sebelum 1600 Masehi. Penjelasan ini ditulis pedagang dari Inggris bernama W. Scot dalam buku perjalanannya.

Dalam catatannya, Scot mengaku melihat ada kebudayaan unik berbentuk boneka raksasa yang dipertunjukkan masyarakat Sunda Kelapa dalam upacara adat. Meski namanya tidak disebut, jenisnya diyakini mirip Ondel-ondel.

Ada buku perjalanan lain yang menuliskan soal ondel-ondel yang ditulis E.R. Scidmore dari Amerika. Scidmore adalah wisatawan yang datang ke Jawa.

Ia tinggal cukup lama di Batavia pada akhir abad 19. Dalam bukunya, Java, The Garden of The East, Scidmore menyebutkan ada seni jalanan berupa tarian boneka raksasa yang diarak ramai-ramai oleh masyarakat di Batavia.

Ondel-Ondel adalah salah satu kesenian yang bersumber dari akar kebudayaan asli milik Betawi.

Konon katanya boneka besar dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan berbadan diameter kurang lebih 80 cm itu sudah ada sejak zaman pra-Islam di Pulau Jawa.

Selalu dikaitkan dengan dunia magis, Ondel-Ondel mulanya merupakan simbolisasi untuk penjaga kampung dari segala macam bahaya, ancaman, dan wabah penyakit.

Bagian wajah Ondel-Ondel berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala yang dibuat dari ijuk.

Wajah Ondel-Ondel laki-laki biasanya akan dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih.

Diameter tubuh dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya.

Bagian depannya diberi rongga kecil sebagai celah bagi penunggang untuk melihat ke luar.

Tujuannya agar penunggang Ondel-Ondel tidak kehilangan arah dan mampu bergoyang sesuai irama.

Ondel-Ondel juga memiliki goyangan khas yang dikenal dengan nama ngibing, yaitu gerakan memutar tubuh dengan cepat.

Pertunjukan Ondel-Ondel biasanya diiringi tanjidor atau kelompok orkes kampung, yang terdiri dari beberapa alat music seperti kendang, gong, kenong, bas, dan sukong sebagai suara melodinya.

Melodi yang keluar dari sukong biasanya lagu-lagu tradisional Betawi, seperti Kicir-Kicir dan Jali-Jali.

Pada sekitar 1990-an, pementasan Ondel-Ondel yang dilakukan di jalanan sering sekali terlihat.

Namun, pada awal 2000-an jarang ditemukan pementasan ini.

Di tengah gempuran modernisasi dan maraknya dunia hiburan digital, masyarakat Jakarta pada 2010-an sering menyaksikan pementasan Ondel-Ondel di jalanan dan difungsikan untuk mengamen.

Pementasan di jalan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak dengan usia sekitar 13-18 tahun.

Satu kelompok pementasan bisa terdiri dari belasan orang jika menggunakan alat musik yang cukup lengkap.

Namun, jika musiknya hanya menggunakan rekaman paling hanya 4 orang.

LAINNYA:

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest News

Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak

JAKARTAVIEW.ID, - PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter mencatat kenaikan jumlah penumpang pada 2 stasiun yang terintegrasi dengan...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -