JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Di sepanjang tahun 2020, ekonomi digital tercatat tumbuh semakin pesat meski Indonesia masih menghadapi masa pandemi COVID-19.
Destry Damayanti (Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia) melaporkan di masa pandemi ini aktivitas ekonomi keuangan digital naik lebih dari 20 persen.
Di antaranya yaitu transaksi e-commerce, penggunaan uang elektronik dan transaksi digital banking.
Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
“Kalau kita lihat ke depan transaksi e-commerce terus meningkat. Di 2020 nilainya sekitar Rp 253 triliun,” ujar Destry seperti dilansir dari Kumparan dalam Webinar ILUNI UI Life After Campus, pada hari Sabtu (13/2).
Padahal di tahun 2019 nilai transaksi e-commerce tercatat Rp 205,5 triliun. Artinya ini mengalami kenaikan 23,4 persen selama masa pandemi.
Melihat tren tersebut, Destry mengatakan bahwa di tahun ini, Bank Indonesia memperkirakan nilai transaksi e-commerce bisa naik lagi sampai dengan 33,2 persen ke Rp 337 triliun.
Menurut Destry secara nilai, angka ini memang masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang nilainya mencapai Rp 7.000 triliun.
Namun dari sisi pertumbuhan, transaksi e-commerce diakui Destry mengalami percepatan yang sangat eksponensial.
Ini berbeda dengan konsumsi masyarakat Indonesia yang saat ini pertumbuhannya masih minus atau melambat. Meski di tahun ini diprediksi akan sedikit membaik, namun menurut Destry lajunya masih kalah kencang ketimbang transaksi e-commerce.
“Konsumsi keseluruhan bahkan konsumsi yang sifatnya konvensional pada 2020 lalu masih melambat. Belum semuanya recover. Kita harapkan di 2021 ini mulai mengalami perbaikan.
Tapi enggak bisa secepat yang terjadi di e-commerce,” ujarnya.
Selain transaksi e-commerce, Bank Indonesia juga mencatat penggunaan uang elektronik meningkat pesat. Menurut Destry, masyarakat kini sudah terbiasa menggunakan berbagai dompet digital seperti LinkAja, OVO, Gopay, DANA dan lain sebagainya.
Destry merincikan bahwa di tahun 2020, nilai penggunaan uang elektronik secara nasional telah mencapai Rp 201 triliun.
Angka tersebut naik 38,62 dibanding 2019 yang tercatat Rp 145 triliun.
Destry mengatakan nilai tersebut diprediksi akan melonjak lagi sekitar 32,3 persen di tahun ini menjadi Rp 266 triliun.
Tak hanya itu saja, pertumbuhan pesat juga terlihat di digital banking.
Menurut Destry, beberapa tahun lalu, orang harus ke bank dan bertemu teller untuk melakukan transaksi.
Namun sekarang cukup menggunakan smartphone dan aplikasi digital banking, nasabah bisa melakukan transfer dana, top up, bayar asuransi bahkan biaya sekolah. Hal inilah yang membuat digital banking juga tumbuh pesat.
Di tahun 2020 nilai digital banking tercatat sebesar Rp 27.036 triliun. Angka ini juga tumbuh dibandingkan 2019 yang besarnya tercatat Rp 26.639 triliun.
Sedangkan di tahun ini BI memprediksi nilainya akan naik 19,1 persen ke Rp 33.206 triliun.
“Karena sekarang semuanya bisa dilakukan dengan handphone. Begitu mudahnya kehidupan kita ke depan,” ujar Destry.
Lainnya:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga