JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Pada 17 Mei 1912 Batavia digemparkan penemuan sesosok mayat perempuan muda yang mengambang di Kali Baru. Mayat gadis blasteran atau indo itu dibungkus karung tersangkut di pintu air.
Dilansir dari jakartakita.com yang dikutip oleh Jakartaview.id, pada hari Sabtu (27/3), mayat perempuan itu adalah Fientje de Feniks.

Pekerja seks komersial (PSK) primadona di Batavia yang memiliki tarif selangit. Baru berumur 19 tahun. Parasnya blasteran, campuran Indonesia dan Eropa. Kulitnya putih, tapi tidak pucat.
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Matanya bulat besar dan hidung mancung. Rambutnya panjang, hitam, serta ikal berombak.
Fientje diketahui bekerja di rumah pelacuran milik Umar. Komandan Polisi Batavia Komisaris Reumpol menangani kasus tersebut. Reumpol bertanya pada beberapa saksi antara lain teman-teman Fientje mengenai kronologis peristiwa.
Dia menemukan titik terang ketika teman Fientje yang juga PSK bersaksi. Raonah melihat langsung seorang pria bernama Gemser Brinkman mencekik Fientje dari sela-sela bilik bambu.
Brinkman merupakan anggota Sociteit Concordia yang berisi pembesar-pembesar Belanda. Raonah sempat dituding berbohong dan memberikan keterangan palsu oleh pengacara Brinkman.
Pengadilan bahkan sempat mengirim tim untuk mengecek tempat kejadian perkara pembunuhan di lokalisasi milik Umar.
Akhirnya hakim memutuskan bahwa Brinkman bersalah dan akan dihukum mati. Brinkman pun berang dianggap bersalah lantaran dia adalah orang Belanda tulen, sementara Fientje hanya seorang pelacur Indo yang tak berharga dimatanya.
Brinkman juga sempat sesumbar kalau rekan-rekannya di Sociteit Concordia, perkumpulan orang-orang terhormat Belanda di Batavia bakal membelanya habis-habisan. Namun, sayang anggapan itu ternyata salah besar.

Brinkman tetap dihukum. Brinkman yang stres berat keburu mati bunuh diri sebelum dilakukannya eksekusi.
Ada beberapa versi tentang pembunuhan dari Fientje. Brinkman sebenarnya tidak membunuh Fientje saat itu juga. Namun, dia menyuruh pembunuh bernama Silun bersama dua anak buahnya.
Silun yang mencekik Fientje hingga tewas. Ternyata Brinkman belum membayarnya lunas.
Dia baru dibayar persekot atau uang mukanya saja.
Sebagian pihak meyakini bahwa Brinkman membunuh Fientje karena cemburu. Dia sebenarnya sudah ingin menjadikan Fientje sebagai gundik, namun ternyata Fientje masih juga melayani pria lain.
Oleh Sebab itu, Brinkman keburu terbakar emosi kemudian menghabisi nyawa Fientje.
Kegemparan pembunuhan Fientje digambarkan oleh Tan Boen Kim dalam bukunya Pembunuhan Fientje de Feniks sebagai peristiwa yang kali pertama terjadi dengan bumbu-bumbu kekerasan dan seks di zaman Hindia Belanda. “Kehebohan segera menjalar kepada kalangan penduduk Betawi,” tulis Tan Boen Kim menggambarkan situasi yang terjadi pada saat itu.

LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga