JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Gereja Sion merupakan salah satu gereja tertua di Jakarta yang menyimpan cukup banyak sejarah didalamnya.
Gereja yang berada di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya tersebut diresmikan tahun 1695 oleh Gubernur Jenderal Willem van Outhoorn dan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas.
Pembangunan fisik yang memakan waktu kurang lebih dua tahun. Peletakan batu pertama dari gereja Sion dilakukan oleh Pieter van Hoorn pada tanggal 19 Oktober tahun 1693.

Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Dikutip dari berbagai sumber yang ada, Gereja Sion yang dikenal dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis ini memiliki kemegahan arsitektur dan daya tahan yang terbilang kokoh.

Disebut Gereja Portugis karena pada saat itu kapal-kapal dari Portugis singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa dan ditandatangani perjanjian dengan raja Hindu-Sunda.
Gereja ini merupakan gedung tertua di Jakarta yang masih dipakai untuk tujuan semula seperti saat awal mulah didirikan.
Rumah ibadah ini masih memiliki sebagian besar perabot yang sama dengan saat awal gereja dibangun.
Gereja Sion sendiri pernah dipugar pada tahun 1920 dan sekali lagi pada tahun 1978. Bangunan gereja ini dilindungi oleh pemerintah lewat SK dari Gubernur DKI Jakarta CB/11/1/12/1972

Gereja Sion sendiri dibangun dengan fondasi 10.000 batang kayu dolken atau balok bundar.
Konstruksi tersebut berdasarkan dari rancangan Mr E Ewout Verhagen dari Rotterdam.
Seluruh tembok bangunan terbuat dari batu bata yang direkatkan dengan campuran pasir dan juga gula tahan panas.
Bangunan berbentuk persegi empat ini mempunyai luas total 24×32 meter persegi. Pada bagian belakang dibangun bangunan tambahan yang berukuran 6×18 meter persegi. Gereja Sion sendiri mampu untuk menampung sebanyak 1.000 jemaat. Sedangkan, luas tanah seluruhnya adalah 6.725 meter persegi.
Gereja Portugis sendiri termasuk gereja bangsal (hall church). Gereja ini membentuk satu ruang panjang dengan tiga bagian langit-langit kayu yang sama tingginya dan melengkung seperti setengah tong. Langit-langit itu disangga enam tiang.
Di bagian dalam Gereja, beberapa kursi berukiran bagus dan bangku dari kayu hitam atau eboni masih juga dipakai.
Dilengkapi meja kayu, kursi-kursi itu dipakai untuk kepentingan rapat gereja. Tak ketinggalan juga acara sidang pencatatan sipil bagi anggota jemaat yang akan melakukan pernikahan secara gerejawi.

Ada mimbar unik bergaya Barok. Salah satu perabot asli gereja tersebut merupakan persembahan indah dari H Bruijn.
Letaknya ada di bagian belakang bersama dengan bangunan tambahan. Mimbar ini bertudung sebuah kanopi yang ditopang oleh dua tiang bergulir dengan gaya arsitektur Ionia dan empat tonggak perunggu.
Selain itu juga, ada organ pipa gereja yang sampai sekarang masih terawat baik. Organ tersebut diletakkan di balkon yang disangga empat tiang langsing.
Organ ini merupakan pemberian dari putri seorang pendeta yang bernama John Maurits Moor yang terakhir kali dipakai pada 8 Oktober tahun 2000.
Lainnya:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga