JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Pada tahun 2016, Google Earth meluncurkan berupa fitur Timelapse yang memungkinkan penggunanya untuk bisa melihat kondisi suatu tempat di berbagai belahan Bumi, berikut perubahannya dari waktu ke waktu.
Sejak awal fitur tersebut diluncurkan, pengguna hanya bisa menjelajahi suatu tempat di masa lalu dalam mode dua dimensi (2D).
Namun, setelah lima tahun diluncurkan, akhirnya Google membawa pembaruan besar pada fitur timelapse ini, yakni dengan menghadirkan Timelapse dalam mode tiga dimensi (3D). Mode ini semakin memperkuat bahwa perubahan iklim itu nyata.
Fitur Timelapse 3D bisa dipakai untuk melihat kondisi suatu wilayah yang berubah akibat perubahan iklim, seperti hutan yang semakin sedikit dan permukaan gletser yang terlihat mencair. Perubahan itu bisa dilacak hingga 37 tahun ke belakang, atau hingga tahun 1984.
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Dengan Timelapse 3D tersebut, pengguna bisa melihat bagaimana proses perluasan kota, pertumbuhan kota-kota besar, penggundulan hutan, perluasan lahan pertanian, hingga penyurutan gletser.
Untuk bisa menghadirkan fitur ini, Google mengatakan harus mengumpulkan lebih dari 24 juta gambar satelit dari tahun 1984 hingga 2020, yang mewakili kuadriliun piksel.
“Butuh lebih dari dua juta jam pemrosesan di ribuan mesin di Google Cloud untuk mengumpulkan 20 petabyte citra satelit ke dalam satu mozaik video berukuran 4,4 terapixel — itu setara dengan 530.000 video dalam resolusi 4K,” tulis Google.
Untuk mengakses Timelapse 3D, pengguna hanya perlu mengunjungi situs Google Earth di browser atau melalui tautan berikut. Setelah situs terbuka, klik ikon roda kemudi kapal. Lalu klik opsi “Timelapse in Google Earth”.
Nantinya, di sisi kanan layar akan muncul sebuah jendela. Di bagian atas, terdapat garis waktu dari tahun 1984 hingga 2020, lengkap beserta ikon “play” untuk memulai animasi Timelapse 3D.
Pengguna bisa mencari lokasi tertentu yang diinginkan untuk ditampilkan dalam Timelapse 3D di kolom “search the planet”.
Google juga menyediakan beberapa pintasan tempat-tempat yang dianggap menarik. Misalnya seperti Timelapse bagaimana hutan hujan Amazon di San Julian, Bolivia yang perlahan diubah menjadi desa dan lahan pertanian. Atau perkembangan kota Las Vegas, hingga penyurutan gletser di Alaska, AS.
Selain untuk hiburan, Google juga memperkenalkan Timelapse 3D ini sebagai alat pengajaran terkait perubahan iklim.
Sayangnya, Google Earth Timelapse 3D ini dilaporkan belum berfungsi dengan baik di seluruh tempat.
Beberapa tempat, seperti Kota New York, tampak kabur, bahkan ketika pengguna menyetel pengatur waktu ke tahun 2020, seperti dikutip Jakartaview.id dari ArsTechnica, pada hari Sabtu (17/4/2021).
Namun, Google mengatakan bahwa mereka akan memperbarui Google Earth setiap tahunnya dengan citra Timelapse baru selama dekade berikutnya.
LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga