JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Cara Bicara kita kepada Atasan soal Kelelahan dan Beban Kerja yang kita alami, Melalui transparansi dan introspeksi, kita dapat mengubah kelelahan menjadi kesempatan untuk menetapkan batasan kita yang masuk akal.
Bahkan sebelum pandemi virus Covid-19 melanda dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyatakan kelelahan adalah sindrom yang “sah” terkait dengan stres kronis di tempat kerja.
Dan sekarang, sebagai dampak pandemi, ada begitu banyak penyebab stres baru yang muncul.
Sebuah survei baru-baru ini menemukan, 41 persen pekerja merasa kelelahan karena berbagai faktor yang unik.
Diantaranya , persoalan bekerja jarak jauh, jam kerja yang lebih lama, tuntutan keluarga yang dirasa kurang pas, keamanan tempat kerja yang terancam, dan ketakutan akan lingkungan kerja yang tidak aman.
Hal-hal tersebut memicu munculnya rasa sedih dan cemas yang kronis, kurangnya motivasi, dan ketidakmampuan untuk dapat berkonsentrasi.
Lebih dari itu, bagian terburuknya — 37 persen responden mengaku tidak melakukan apa pun untuk mengatasi masalah perasaan itu.
Meskipun harus menjadi tanggung jawab pemberi kerja untuk memainkan peran penting dalam memerangi kelelahan karyawannya, tapi sebagai karyawan, jangan menunggu atasan untuk datang bertindak.
Nah, berikut ini ada beberapa saran yang dapat membantu kita mengatasi kelelahan terkait interaksi dengan atasan kita, dengan cara yang menguntungkan untuk kedua belah pihak.Â
Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Jangan berpikir atasan sudah menyadarinya
Sekarang, karena kebanyakan orang bekerja dari jarak jauh WFH, hal itu dapat menghalangi kemampuan atasan untuk memahami bahwa kita telah mengalami kelelahan.
Jadi, mulailah berpikir untuk mengomunikasikannya dengan atasan.
Dikutip dari Forbes, Secara khusus Rhiannon Staples, CMO dari Hibob, platform manajemen sumber daya manusia, memberikan pandangan terkait isu yang berkembang ini.Â
“Manajer mungkin tidak mengetahui berapa banyak (beban dan pekerjaan) yang ada di ‘piring’ kita,” ungkapnya.Â
Dengan demikian, ada baiknya kita untuk bisa berkomunikasi, sehingga atasan dapat memetakannya dengan baik.
Harapannya kemudian, beban tersebut akan diatasi dengan sejumlah langkah-langkah, seperti mengalihkan beberapa tugas, mengalokasikan kembali penugasan, atau membantu kita dalam urusan strategi dari manajemen.
Dengan demikian, kita dapat mengelola beban kerja Anda dengan lebih efektif.
“Jika kamu tidak angkat bicara, mereka tidak akan bisa membantu,” kata Staples.
Dia menegaskan, bukan hal yang terlarang untuk menunjukkan kerentanan kepada atasan. “Jangan malu,” kata dia.
Lagi pula, kata Staples, pemimpin yang kuat memahami bahwa kesejahteraan adalah prioritas dan berdampak pada hasil kerja.
“Jadi, pimpinan tentu ingin bekerja sama dengan anak buahnya untuk membantu mengatasi tantangan yang dihadapi,” sebut Staples.
Kamu bukan satu-satunya yang mengalami
Ingat, banyak manajer yang juga mengalami masalah kelelahan. Dalam kebanyakan kasus, mereka akan berempati dengan situasi kita, dan memberikan kita saran agar bisa kembali ke jalur yang benar.
Melakukan percakapan terbuka juga merupakan kesempatan untuk menetapkan norma baru dengan atasan.
Misalnya, terkait sikap transparan tentang keadaan pikiran atau mengatakan tidak ketika kita tidak memiliki waktu luang.
Jika membuka diri kepada atasan tampak terlalu menakutkan, mulailah berbicara dengan orang lain.
Buat koneksi virtual tetap dengan teman, kolega dekat, atau bahkan pelatih atau terapis.
Dari sana kita bisa berlatih untuk mengomunikasikan kekhawatiran dengan cara yang tidak terdengar seperti mengeluh atau menyalahkan orang lain.
Dan, di saat kita benar-benar melakukan pembahasan, jadwalkan saat kita sudah merasa tenang, bukan ketika letih.
Perjelas bahwa maksud pembicaraan ini adalah untuk meminta dukungan dan ingin membantu menemukan penyelesaian.
Bersiaplah dengan untuk temukan solusi
Staples juga menyarankan kita untuk mempersiapkan solusi ketika akan berbicara dengan atasan.
“Saat mendekati waktu percakapan, datanglah ke meja virtual dengan gagasan yang jelas tentang apa yang kita butuhkan, dan bagaimana manajer dapat mendukungnya,” kata Staples.
“Kita yang mengenal diri kita lebih baik daripada siapa pun, jadi apakah itu tentang kesehatan mental, peralihan tugas, atau dukungan pada sebuah proyek, kita tidak hanya datang dengan masalah, tapi juga solusi.”
Pikirkan tentang apa yang ingin diubah. Apakah kita memerlukan sumber daya tambahan atau lebih banyak waktu untuk fokus pada proyek tingkat tinggi?
Apakah kita bertujuan untuk mengomunikasikan hambatan atau menyelaraskan dengan harapan? Jadi, mulailah dengan tujuan tertentu untuk pertemuan ini.
Ingatlah untuk memfokuskan percakapan tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada tim.
Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan bagaimana kelelahan memengaruhi produktivitas pribadi, dan bahkan pekerjaan secara keseluruhan.
Mengilustrasikan seberapa besar dampak yang bisa kita berikan akan membuat atasan lebih berinvestasi dalam membantu membuat rencana pemulihan kelelahan.
Kuasai kesehatan diri sendiri
Pada akhirnya, terserah bagaimana kita mengambil penguasaan atas kesehatan dan kesejahteraan kita.
Tentukan batasan kita, dan luangkan waktu untuk aktivitas yang membuat kita tetap dapat seimbang.
Beristirahatlah secara teratur di siang hari untuk berjalan-jalan di luar, menyelesaikan olahraga singkat, atau berbicara dengan teman atau anggota keluarga.
Sebab, saat bekerja dari rumah, mudah untuk tetap terpaku di depan meja sepanjang hari.
Bagi sebagian orang, pandemi menyebabkan kelelahan. Tetapi bagi yang lain, itu cuma mengungkapkan kelelahan yang sebenarnya sudah ada dari sebelumnya.
Jika kita bisa, luangkan waktu untuk mendapatkan perspektif. Sebab, mungkin kita merasa siap untuk mempertimbangkan pekerjaan atau perubahan karier.
Bagaimana pun, jangan biarkan gejala ini tidak diobati.
Melalui transparansi dan introspeksi, kita dapat mengubah kelelahan menjadi kesempatan untuk menetapkan batasan yang masuk akal.
Hal ini bakal menjadi modal besar yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Sumber: Forbes
Baca Juga:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga