JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (07/04) memperingatan keras terhadap China atas tindakannya yang semakin agresif terhadap Filipina dan Taiwan. Peringatan tersebut dikeluarkan sekaligus untuk mengingatkan China tentang kewajiban AS kepada para mitranya.
“Serangan bersenjata terhadap militer Filipina, kapal umum atau pesawat terbang di Pasifik, termasuk di Laut China Selatan, akan memicu kewajiban kami berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.
“Kami memiliki keprihatinan yang sama dengan sekutu kami, Filipina, mengenai laporan yang terus berlanjut dari milisi maritim RRC di dekat Whitsun Reef,” kata Price, mengacu pada Republik Rakyat China.
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Lebih dari 200 kapal China pertama kali terlihat pada 7 Maret di Whitsun Reef, sekitar 320 kilometer sebelah barat Pulau Palawan di Laut China Selatan yang diperebutkan. Setelahnya kapal-kapal China tersebar di seluruh Kepulauan Spratly.
China yang mengklaim hampir seluruh laut yang kaya sumber daya itu, menolak permohonan Filipina untuk menarik kapal. Filipina telah menyampaikan permohonan itu selama berminggu-minggu karena menanggap China memasuki zona ekonomi eksklusifnya secara tidak sah.
Ketegangan Taiwan dengan China
Dilansir dari Reuters, Ketegangan juga meningkat dengan Taiwan, pada kawasan kepulauan yang diklaim China sebagai bagian dari negaranya tersebut. Taiwan pada Rabu (07/04) melaporkan lebih dari 15 pesawat Cina termasuk 12 pesawat tempur memasuki zona pertahanan udaranya.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan bahwa AS khawatir tentang risiko konflik dan melihat potensi China melancarkan serangan terhadap negara kepulauan itu.
“Kami bersedia membela diri tanpa keraguan,‘‘ ujar Wu.
‘‘Dan kami akan berperang jika kami perlu berperang. Dan jika kami perlu mempertahankan diri kami sendiri sampai hari terakhir, kami akan melakukannya sampai hari terakhir,‘‘ tambah Wu.
Sementara itu, Price juga menyatakan “kekhawatiran” tentang tindakan China tersebut, dengan mengatakan bahwa: “Amerika Serikat mempertahankan kapasitasnya untuk menolak setiap upaya kekerasan atau bentuk paksaan lain yang akan membahayakan keamanan atau sistem sosial atau ekonomi rakyat di Taiwan.”
Dengan menggunakan bahasa dari Undang-Undang Hubungan Taiwan, ia menyebutkan bahwa AS berkewajiban menyediakan sarana bagi negara kepulauan itu untuk mempertahankan diri dari Cina.
Presiden Joe Biden sebelumnya telah berjanji untuk mempertahankan sekutu yang kuat serta mendukung penolakan yang kuat terhadap tindak agresif China.
LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga