JAKARTAVIEW.ID, JAKARTA – Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan, bahwa tindakan Nani Aprilliani (25), pengirim sate sianida yang membuat anak pengemudi ojek online meninggal dunia, termasuk perilaku pembunuhan berencana. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP.
“Perencanaan dalam Pasal 340 KUHP ditinjau berdasarkan langkah demi langkah bagi perilaku membunuhnya, bukan pada siapa yang rencananya akan dibunuh dan siapa yang kemudian terbunuh. Namun, bagaimana pembunuhannya, aksinya dirancang oleh si pelaku,” katanya seperti dilansir dari Sindo, pada hari Selasa (4/5).
BACA JUGA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga
Menurutnya, dari sisi modus, Nani membeli racun, membubuhkannya ke dalam sate, lalu menyewa jasa ojol untuk mengantarkan sate itu. Meski sate itu dimakan oleh orang lain, tetap saja rangkaian itu perilaku pembunuhan berencana.
Terkait apakah Nani bakal dikenai hukuman maksimal, berupa hukuman mati atau seumur hidup, meski yang tewas itu bukanlah pihak yang ditargetkan, menurut Reza, nanti akan ditentukan berdasarkan mensrea atau niat jahat si Nani tersebut.
“Ada 4 level mensrea, yakni intention atau berniatan atau bertujuan, lalu knowledge atau pengetahuan, lalu recklessness (kenekatan), serta negligence (kelalaian),” katanya.
Dari sisi modus, kata Reza, perbuatan Nani itu bisa dikategorikan sebagai pembunuhan berencana, tapi mensreanya atau niat jahatnya Nani itu tak bermaksud membunuh si anak dan juga tak tahu dia membunuh anak itu, itulah yang juga disebut recklessness.
Recklessness adalah niat untuk membunuhnya ada, perilaku membunuhnya ada, tapi sate sianida instrumen kejahatannya ternyata berpindah tempat jauh dari sasaran sesungguhnya sehingga memakan korban jiwa, itulah recklessness pada mensrea atau niat jahat Nani.
“Mensrea akan menjadi faktor penting yang dipertimbangkan hakim dalam menentukan berat ringannya bagi si NA dan karena level mensreanya “cuma recklessness”, maka andaikan NA divonis bersalah karena melakukan pembunuhan berencana, boleh jadi hukumannya tak akan 20 tahun, tak akan seumur hidup, apalagi tak akan hukuman mati,” katanya
LAINNYA:
- Stasiun KRL Terintegrasi Dengan LRT Jabodebek, Jumlah Penumpang Ikut Melonjak
- Tol Ruas Pondok Aren – Serpong Kilometer 10 Resmi Beroperasi
- Mulai Tanggal 1 Oktober, Tarif Promo LRT Jabodebek Jarak Maksimal Rp 20.000
- Gara-Gara Tidak Pakai Ciput Belasan Rambut Siswi SMP di Lamongan Dicukur Pitak Guru
- Mengintip JPM Dukuh Atas yang Menghubungkan LRT Jabodebek dan KRL ada Tempat Kuliner nya Juga